FRIENDSHIP

13 Januari 2011

Persahabatan kami layaknya embun pagi, menetes dari pucuk-pucuk daun hijau. Jernih, segar..

13 tahun lalu, pertama kali kami bertemu, pada acara orientasi siswa baru di sebuah Sekolah Menengah Pertama favorit di kota kami. Kota tua yang hanya berpenduduk tak lebih dari 700 ribu jiwa, yang dikelilingi pegunungan di sisi utara dan hamparan pantai di bagian selatannya. Kota yang begitu damai, tanpa ada konflik yang berarti, sehingga sangat nyaman untuk ditinggali.

Sapaan hangatnya membuyarkan konsentrasiku yang sedang konsen membaca buletin sekolah. Tak butuh waktu lama, kami saling berkenalan dan ngobrol kesana-kemari. Akhirnya kami putuskan duduk di bersebelahan di meja yang sama. Kami cukup banyak kesamaan rupanya. Dia sosok yang pandai bergaul, hangat, dan ceria. Ada saja hal yang kami bicarakan. Tentang pelajaran sekolah, tentang hobi, tentang gossip dan yang paling sering, tentang cowok. 

Saat itu, postur tubuhku bisa dibilang kecil, begitu juga dengannya. Namun kami begitu lincah dan gesit.  Kebetulan kami sama-sama menyukai olahraga. Lalu kami bergabung dalam tim basket sekolah. Tak jarang kami juga berenang. Tapi dalam hal ini dia lebih jago dari aku.

Banyak hal yang sudah kami lewati bersama. Yang paling sering kami lakukan adalah berpetualang -versi anak SMP tentunya. Pergi ke suatu tempat yang belum pernah dikunjungi adalah hobi kami. Biasanya, hal itu kami lakukan di hari Minggu. Sehari sebelumnya kami sudah merencanakan dengan sangat baik acara untuk besok dan menyiapkan segala propertinya. Mulai dari perbekalan makanan, kendaraan, obat-obatan, dan uang. Kami bagaikan dua reporter cilik untuk acara yang berbau petualangan. 

Pernah suatu hari, dengan berbonceng sepeda onthel tua milik Bapak, kami pergi ke sungai Bogowonto. Sungai ini bisa dibilang salah satu sungai besar di bagian selatan Jawa Tengah. Dengan usaha yang cukup keras mengayuh sepeda –saat itu kakiku belum cukup panjang untuk sampe di pedal sepeda, aku memboncengkannya melewati jalan aspal kecil di Kompleks Bataylon Tentara 412 di timur rumahku.

Lalu sepeda Bapak kami tinggal begitu saja tanpa di kunci di sebuah rumah tua  tak berpenghuni di ujung tebing sungai –kami begitu polos dan tidak berfikir apakah sepeda itu akan diambil orang atau tidak. Kemudian berjalan kaki menyusuri pinggiran sungai yang berbatu, tanpa ada ada kekhawatiran akan ada banjir bandang menerjang. Kami bernyanyi riang sambil sesekali berhenti untuk istirahat dan menikmati perbekalan. Kemudian melanjutkan perjalanan lebih jauh ke bantaran sungai di desa yang entah kami juga tidak tahu namanya. Melihat anak-anak kecil berenang dan mandi-mandi di sungai –yang kemudian kami sebut “Anak Seribu Pulau”.

Setelah cukup jauh merasa terdampar, akhirnya kami putuskan untuk kembali. Dan ajaib, sepeda onthel Bapak masih ada, walaupun sudah tidak pada posisi seperti pada saat kami tinggalkan. Dan hari itu kami begitu puas dan bangga, karena telah menemukan tempat baru, walaupun harus kena marah besar Mama..

Pernah juga, berjalan hampir 2.5 km di tengah terik matahari dan membelah sawah hijau di desa Simbah. Ya, waktu itu kami pergi ke desa Simbah dan sesampainya di sana sengaja tidak mencari angkutan desa hanya karena ingin menikmati sejuknya sawah. Tapi konyolnya, hal itu kami lakukan siang hari. Yang ada kulit kami menjadi begitu coklat. Dan lagi-lagi, omelan Mama menjadi penutup kegiatan kami hari itu.. ;)

3 tahun begitu cepat kami lewati. Ya, hari perpisahan pun tiba. Dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Sekolah Menengah Analis Kesehatan di kota Jogja. 3 tahun kemudian dia kuliah di Akademi Analis Kesehatan di kota yang sama. Setelah itu bekerja di sebuah rumah sakit di seberang pulau sana.

Sedang aku, mendaftar di SMA favorit di kota kami. Lalu kuliah di kota Solo. Dan sekarang tinggal di kota ini. Pun itu bukan hambatan bagi kami untuk tetap menjalin persahabatan. Terakhir kami bertemu sekitar 2 tahun yang lalu. Bahkan dia belum pernah melihat langsung keponakan kecilnya..

Epy, thanks for being my best friend. Menemani pendewasaanku. Menemani saat ku terpuruk –when I lost my daddy. 

Sist, I really miss you..

Special to : http://www.facebook.com/#!/profile.php?id=1834534112


0 komentar:

Posting Komentar